Bangga Indonesia



BANGGA INDONESIA
Jika ditanya siapa dirimu?  Kau pasti akan menjawab nama. Apakah dirimu itu adalah nama yang kau punya? Banyak orang tua yang menamai anaknya dengan harapan nama yang diberikan sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya. Tapi banyak kejadian yang terjadi malah sebaliknya. Tak sedikit nama Muhammad yang keluar masuk penjara, padahal dilihat dari artinya berarti terpuji. Bukan salah orang tua yang memberi nama, mungkin juga didikan yang kurang selaras dengan liarnya pergaulan. Kenali dirimu maka orang lain akan mengenalmu. Jati diri perlu dicari dan diketahui oleh setiap orang.
Lingkup terkecil dalam pergaulanmu ialah orang tua sebagai significiant others dimana keberadaanmu di dunia ini karena mereka. Kasih sayang mereka mampu membesarkanmu walau bukan dengan harta. Ketika masa kecil harus kau lalui dengan rintih duka mereka, hidup berkalang nestapa. Hidup di kolong jembatan kumuh sudah cukup kau sebut sebagai surga. Beratap langit dan berkasur tanah. Mereka berjasa kepadamu dimanapun engkau dilahirkan. Entah kaya ataupun miskin. Walau sebenarnya jika boleh memilih, tak ada anak yang mau dilahirkan dengan keadaan orangtua miskin dan kekurangan harta. Lingkunganmu juga berharga bagimu. Saat bencana melanda, saat kesusahan datang tanpa dikira, kepada mereka kau meminta bantuan untuk pertamakalinya. Kadang saudara yang jauh tak memungkinkan kita tuk meminta tolong secepatnya. Rasulullah bersabda, kau tidak akan disayang Allah sebelum mencintai saudaramu seperti mencintai dirimu sendiri.
Ketika kau telah mengenali dirimu juga mengerti keadaan orang-orang di sekitarmu, maka saatnya sekarang kau kenali negara dimana tempat kau pijakkan kaki, negara sebagai tempat lahir dan negara sebagai tumpah darahmu. Bagi anak pengusaha, milyader, dan bangsawan, Negara telah memberi mereka segalanya. Tempat segala kebutuhan tersedia. Bahkan ladang untuk mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya. Tak sedikit pula orang-orang kaya yang mengumpulkan harta dari hak yang bukan miliknya, sehingga korupsi mereka anggap sebagai jalan terbaik. Namun, jika hidupmu dikalang derita, apa kau akan tuntut Negara dan menyalahkannya karena tak bisa mengurus dan memberikan subsidi untukmu? Atau kau akan sampaikan umpatan-umpatan mengandung kecaman untuk mereka karena dana bantuan bagi masyarakat miskin tak kunjung tiba? Alangkah munafiknya seseorang yang menjadikan Negara sebagai alat pemenuh kebutuhan juga alat pemenuh kepuasan. Padahal jika kau tahu seharusnya kau malu. Jangan tanya apa yang Negara berikan padamu, tapi tanyakan pada dirimu apa yang tlah kau berikan untuk Negaramu?

Comments

Popular Posts