Fabulous BROMO


There’s nothing to fear if you believe. As long as you believe, everything possible -Oz-
Day 1…
Pesawat lepas landas tepat pukul 11.35pm menuju Surabaya. Berakhir di Juanda dan bergegas ke Bungurasih untuk segera menggapai Malang. Senja sore dan kumandang azan Maghrib menyambut kehadiran kami di kota bunga. Istirahat dan makan, lalu melanjutkan konsolidasi bersama rekan-rekan untuk memulai ekspedisi malam. Lepas pukul 00.00 rombongan berkumpul di tempat yang telah ditentukan, Gerbang UIN Maliki. Terdiri dari 3 pria perkasa :p dan 5 wanita manis itupun segera tancap gas menuju BROMO.
Day 2…
Ada beberapa jalan yang bisa kami gunakan dan Nongko Jajar pun menjadi pilihan. Layaknya jalan pegunungan, kurang afdhol jika bebas dari tanjakan dan liku-liku kelok ular naik dan turun. Jalanan sepi, hanya terdengar mesin keempat motor kami juga suara alam. Namun ini bukan gunung rimba Sukabumi yang jika ada harimau lewat atau pohon tumbang harus menunggu pagi. Jalan gunung sudah mengenyam aspal meski rusak di mana-mana. Baru kali ini aq mengambil keputusan untuk membawa kendaraan dalam jarak jauh dan menentang medan. Padahal di jalan biasa saja aq sering merasa terselamatkan oleh Tuhan dalam mengendarai kendaraan dua roda ini. Biasanya aq suka bermain mata dengan spion dan spedo motor. Melirik kanan kiri dan memperhatikan sepeda motor lain yang lalu lalang, juga melirik jarum spedo yang jika semakin tinggi akan memicu adrenalin untuk tancap gas tinggi. Sayang ketika itu alam gelap dan spedo motor tak berfungsi. Maka hal lain yang bisa aq lakukan hanyalah bercengkerama dengan alam dan Tuhan. Sungguh Ia yang menuntun ini semua bisa terjadi, motor yang berjalan, diriku yang mengendarai, dan kendali Tuhan. Semua saling berkaitan.
Tiba di jalanan mendaki dengan badan jalan yang sempit dan rusak. Berawal dari sebuah tanda terompet di pinggir jalan, sedang pandangan tertutup kabut tebal. Tikungan tajam gragal membuat motor yang ku kendarai terseok lepas kendali, dan tepat di kiriku jurang. Aq terjatuh namun bisa bangkit lagi (gak sampe jadi butiran debu koq). Dari sini aq terkesiap dan bangun dari lamunan panjang. Ini teguran, bahwa Ia tak suka aq memperhatikanNya sedang seharusnya aq berkonsentrasi dengan pekerjaan duniawi. Oke… dan tak kan terulang lagi.
Subuh menyapa saat kami tiba di Penanjakan 1 Bromo, yaitu bukit tertinggi di mana qta dapat melihat view gunung Semeru dan Bromo dengan sempurna. Kabut masih tebal, namun perlahan turun dan Gunung terbuka dari selimutnya. Kuasa Tuhan terhampar jelas dan nyata di depan mata. Warna biru berbinar jingga, awan putih bersih berpadu hijau tetumbuhan menghiasi langit Bromo.
Setelah (agak) puas mengambil gambar, qta turun menuju penanjakan 2. Lokasinya tak kalah indah, di saat selimut kabut sudah sepenuhnya terbuka, di sana kita juga dapat mengambil gambar Bromo tanpa penghalang apa-apa. Sayang, penanjakan 2 menjadi tempat berpisah rombongan kami. Tersisa 4 orang dan dua motor berlanjut menuju kawah Bromo. Aq lupa sebelum berangkat ke Malang gak minta diajari Moreno (konon ia jadi mahasiswa HI Pramad) untuk mengendalikan kerja motor. Sudah sampai di sini dan tentu saja semua harus dijalani. Menuruni gunung yang curam, berliku, dan menjorok tajam ke bawah. Rem kanan kiri sekuat tenaga ku tarik kencang, namun motor tetap saja berjalan saking curamnya. Belajar dari pelajaran semalam, mengingat Tuhan harus diiringi dengan konsentrasi.
Sampai di padang Sabana (tempat datar) nafas terasa terhenti. Aq datang disambut ilalang yang belum terlalu tinggi. Menengok ke belakang, antara terhenyak dan shock berat, aq sendiri tak yakin telah melalui jalan curam barusan tadi. Kuyakinkan bahwa ini aq, di mana aq sendiri jauh dari keyakinan atau kesadaran. Jika aq kembali lagi, mungkin aq tak kan berani mengulang hal seperti ini. Cukup…
Area Bromo diisi dengan hamparan pasir rata, harus berhati-hati jika tak mau tergelincir nantinya. Untuk mencapai kawahnya, qta harus mendaki menggunakan kaki kali ini. Terdapat sewa kuda untuk naik ke atas gunung dan menyaksikan kawah, namun aq tidak terlalu tega dengan kuda. Mendengar nafasnya terlalu sengal mengiris hati. Selain mendaki gunung, qta juga harus mendaki anak tangga yang jumlahnya tidak kurang dari 200 buah. Mendaki gunung dengan tangga, ini pengalaman pertama saya. Perjuangan yang berat untuk mendapatkan kepuasan yang luar biasa setelah qta berhasil mencapai puncak kawah. Akhirnya keterbatasan mengharuskan aq turun memakai jasa kuda.
Telah lelah dan kaki pun sudah tak sanggup melangkah. Qta pulang melewati arah Prbolinggo-Pasuruan-Malang. 5 jam di jalan datar, tak apalah jika dibanding aq harus kembali ke jalan semalam. Membayangkannya pun aq takut, meski itulah jalan yang sudah berhasil aq lewati. Namun aq tahu ada yang lebih takut dari padaku, cewek yang ku bonceng di belakang, Chatween Ramoz (read: Util). Lihat saja mukanya yang merah ketakutan, atau ekspresinya yang mengundang tawa bapak ojek di pinggir jalan. Sayang raut muka lucu itu tak ada yang mengabadikan, forgive me Chaty... 
Day 3…
Kebersamaan dengan pasukan Garuda XIV memang tak ada yang biasa, bersama mereka selalu segalanya menjadi luar biasa. Esoknya mengunjungi Pasar Minggu Pagi, Jogja mengenalnya Sunday Morning. Sorenya kami ke Batu dan mendengar kabar bahagia dari seorang teman (Otek dan Juntak). Mereka akan segera melakukan sumpah setia secepatnya, bagaimana bisa kami tak turut bahagia. Pada malam harinya kita ke Selorejo (memori Jambore Daerah 2005) hanya untuk menemani Nzul menukar gadai hape nya :( itupun setelah perdebatan yang tak singkat, daripada sia-sia akhirnya kita beli Duren untuk dinikmati di rumah. Duren habis, dan mata terpejam, semua terlelap tanpa bayangan hari ini. Hal-hal kecil yang bisa buatku bahagia, adalah bersama. Esoknya kita mampir di alun-alun Kota Batu menikmati tatanan taman yang rapi hidangan susu yoghurt segar layaknya Cimory. Berlanjut ke Wonderland dan berbelanja.
Day 4…
Siang yang buat ku benci, aq harus berpisah dengan Malang juga teman-teman. Episode yang paling tidak aku suka dalam sebuah cerita, perpisahan. Dan keretaku pelan berjalan menuju Jakarta.

Persembahan teruntuk korps Garuda XIV Malang: 
Agung, Zulfikar, Arik, Marta, Juntak, Ochie, Onenk, Farkha, Hayun, Sabki, Fina, Ifa, Prima beserta semua pihak yang mendukung terselenggaranya perjalanan ini Tuhan… I'm grateful for this moment

16 Maret 2013               

Comments

Popular Posts