Menulis, Apa Susahnya

Rasanya akan sangat menyenangkan jika segala apa yang kita pikirkan, kita rencanakan dapat terlaksana dalam kehidupan nyata. Saat membayangkan indahnya olahraga di hari minggu dan bayangan tersebut tidak hanya hidup dalam angan kita. Melakukan yoga, lari pagi maupun renang saat jam enam tiba itu akan sangat menyenangkan. Namun... pada akhirnya seringkali hal tersebut hanya rencana dan angan-angan, menikmati jam tidur tambahan di hari libur adalah sesuatu yang orang selalu inginkan. Kita akan bangun di jam sembilan dengan penyesalan, berulang di hari libur selanjutnya. Dan yoga, lari pagi maupun berenang di hari minggu memang hanya indah dalam hayalan.  

Sama halnya dengan ketika kita memiliki ribuan imajinasi dalam memori otak kita untuk dituangkan dalam sebuah tulisan. Terkadang aku harus memilah berapa banyak aku hidup dalam dunia imajinasi, sedang ragaku pun tidak. Membayangkan suatu hal yang sepele yang bakalan cukup indah untuk di tulis dalam blog. Seperti mendefinisikan sifat orang-orang di sekitar kita. Dan aku bahkan telah menuliskan semua (SEMUA) karakter dan kebiasaan lucu teman-teman SMP ku dulu dalam sebuah diary. Masa SMP ku memang sangat menggembirakan, tentunya aku tak ingin melupakannya di masa mendatang, lalu aku menulisnya. Dulu aku belum mengenal blog yang seperti ini. Akan sangat menggelikan saat aku membaca kembali tulisan tersebut. 

Bahkan imajinasi tersebut selalu muncul hingga saat ini. Seringkali aku berpikir dan membayangkan hal-hal aneh dalam pikiran. Ketika SMP-SMA dulu imajinasi hanya bisa dikembangkan dengan berbicara dengan diri sendiri. Mencoba memvisualisasi imajinasi secara verbal. Untuk menulis hal tersebut dalam diary itu tak memungkinkan ketika itu. Namun kebiasaan berbicara sendiri masih sering keceplosan terjadi hingga saat ini, terhenyak dan nantinya aku bakal senyum sendiri. Teman sebangku enam tahun ku sudah fasih dengan kebiasaanku yang satu ini. Kelak ia akan memahami. Bukankah begitu Chatween Ramoz? Bahkan Chaty, kau tahu aku masih pernah bermimpi melakukan perjalanan berdua ke Bali, juga mendaki gunung dengan sepeda motor (lagi). Mencoba kembali membayangkan wajah pias ketakutanmu dalam perjalanan ke Bromo. Hehe

Pikiran-pikiran itu seakan menjamur dalam sistem kerja otak dan tumbuh dalam keadaan apapun. Seperti menemukan konsep mengurai kemacetan di Jakarta, merasa bertanggungjawab terhadap haluan politik Indonesia, kebanggan terhadap atlet pada Asian Games tahun ini, rencana kunjungan ke Eropa, cara mengenal Tuhan, dan masih banyak hal-hal kecil lainnya. Saat memikirkan hal-hal tersebut, tekad untuk menuliskan dalam blog adalah keharusan. Mengingat segala apa yang kita pikirkan, buah pikiran kita saat ini lima tahun mendatang pun pasti akan sangat sulit. Jalan keluar untuk mempertajam daya ingat tersebut salah satunya adalah dengan menuliskannya. Hal-hal yang ada di sekitar kita ini sungguh luar biasa indah, ajaib, dan menakjubkan. Untuk melupakannya adalah sebuah kerugian. Sekali lagi apa yang ada dalam dunia imajinasi tak bisa sepenuhnya tertuang dalam goresan sebuah tinta. Hal ini menyakitkan bagi saya. Bahwa keinginan besar ku untuk menulis terhambat oleh rasa MALAS. 

Ada yang ingin berbagi tips melawan kemalasan tersebut? 

Bayangkan masa di mana kita hidup di puluhan ribu tahun ke depan, akan datang masa di mana hal yang ada dalam pikiran dapat dilaksanakan hanya dengan mengucapkannya. Tidak akan lama masa tersebut pasti akan datang. Dan ketika itulah penghematan energi secara besar-besaran terjadi. Dan masa di mana berbicara kepada diri sendiri bukan lagi sebuah keanehan yang nyata.

Comment dari sahabat yang bersangkutan:

Aku si gak punya hobi itu.. Tp aku punya temen yg hobi BANGET ngomong sendiri... seandainya waktu itu bisa tak rekam, pasti skrg dia bakal ngakak2 deh denger karya monolognya.. Sedikit tak ceritain ya.. gimana temenku itu kalo lagi memulai aksi monolognya.. 
Kalo lagi lihat langit malem hari, dia bicara sendiri seolah dia sedang bicara dengan para penghuni langit. 
Kalo dia lagi bayangin tentang kehidupan para raja dan ratu, dia bicara seolah dialah putri mereka. 
Daaann... kalo yg dia bayangin jadi putri dr kerajaan inggris, nyrocosnya ya pake bhs inggris. Hebatkan?? 

Buat temenku yg satu ituu... Kalo mau ke eropa ajak2 doonk... paling egak sertai namaku dlm doamu untuk bisa pergi kesana..

Dan setelah gue share kisah monolog ngomong sendiri ini, gue jadi punya banyak temen yang ternyata suka ngomong sendiri juga. Menyenangkan memang... :*

Comments

Unknown said…
susah e neng mood e sul... wkwkwk
hhihiiii betul betuul syul

mood emang ngaruh banget :D

Popular Posts