Hal Unik Tentang Lalu Lintas di Jakarta

Sumber: Majalah Tempo
Bagi saya, inspirasi segar selalu mengalir saat mengendarai sepeda motor. Di atas motor adalah waktu yang tepat untuk melahirkan imajinasi baru tentang apapun. Sayangnya imajinasi yang lahir tersebut sering buyar akibat lalu lintas di Jakarta yang tidak mendukung. Bayangkan saja, jalanan di jakarta itu seperti halnya arena balap formula one. Masing-masing kendaraan salip-menyalip mengejar waktu agar sampai di tempat tujuan lebih awal. Seringkali rambu-rambu lalu lintas tak dihiraukan. Waspada dalam berkendara adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam mengemudi di Jakarta. Rival adu balap di jalanan Jakarta lebih padat, tak seperti kompetisi formula one pada umumnya.

Tulisan ini tidak hanya terinspirasi karena Jakarta dinobatkan sebagai kota paling macet di dunia, melainkan penghargaan tersebut bisa jadi terinspirasi oleh pikiran saya tentang kacaunya lalu lintas di Jakarta (ah mungkin saja tapi tidak perlu dipercaya). Sudah jauh lama sebelum pengumuman Jakarta sebagai kota ter-macet tersebut, saya sudah terlanjur geram untuk menuliskan hal-hal unik tentang pengendara dan pengguna jalan raya di Jakarta. Tapi ya begitu, saya terlalu malas untuk memulai  menulisnya (abaikan).

Pertama
Pengendara di Jakarta memiliki hobi pencet klakson kendaraan motor. Kemacetan di Jakarta tidak hanya deretan mobil-mobil dan motor berjejer yang masih bisa berjalan pelan. Di waktu tertentu bahkan motor pun bisa berhenti di tempat hingga 5-10 menit untuk bisa bergerak maju. Saya pernah mengalaminya. Untuk menempuh jarak 17 kilometer saya membutuhkan waktu 2,5 jam agar sampai di tujuan dengan menggunakan motor, dan butuh waktu 5 jam dengan menggunakan angkutan umum kopaja. Dalam keadaan macet stuck maupun lampu lalu lintas berwarna merah, klakson berdering sana-sini tanpa diketahui untuk siapa suara klakson tersebut ditujukan. Anda bisa merasakan sendiri sensasi macet yang diiringi dering klakson tanpa henti di kota Jakarta.

Kedua
Banyak pengendara yang meremehkan lampu sein. Tidak hanya saling mendahului dengan kecepatan tinggi, belok kanan/kiri dengan tiba-tiba tanpa pemberitahuan lampu sein adalah shock therapy tersendiri bagi pengendara kendaraan lain di belakangnya.

Ketiga
Jangan sekali-kali mengendarai kendaraan di belakang KOPAJA maupun angkutan umum lainnya di Jakarta. Supir kopaja di Jakarta terkenal dengan gaya urak-urakan dalam mengemudi mobil. Dia bisa berhenti kapan saja (tanpa pemberitahuan lampu sein atau memelankan laju mobil), dalam keadaan apa saja (mau kecepatan rata-rata ataupun penuh/ngebut), dan di mana saja (bisa di pinggir maupun di tengah badan jalan) untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Selain daripada itu sopir kopaja jarang yang memiliki SIM. Banyak pula sopir anak-anak yang hanya mengandalkan kemampuan mengendarai mobil dari temannya. Lagipula angkutan umum di Jakarta yang jumlahnya ribuan itu hanya sebagian kecil yang lulus uji KIR. Bisa jadi sang sopir lihai dalam mengendarai mobilnya, namun keadaan mobil yang usang tidak mengizinkan untuk berfungsi normal. Jadi menghindari berkendara di belakang atau di samping kopaja adalah lebih baik.

Keempat
SALAH tapi MARAH. Hidup di Jakarta bisa jadi membutuhkan energi yang lebih banyak. Warga harus berjuang di jalan raya sebelum ia harus memulai perjuangannya di tempat bekerja. Perasaan emosional terpacu lebih cepat timbul saat kendaraan kita disenggol oleh kendaraan lainnya. Padahal jika kita melakukan sesuatu dengan tidak sengaja dan tidak menimbulkan masalah yang cukup berarti, nyenggol kendaraan orang bisa diselesaikan dengan permohonan maaf dan senyuman. Namun banyak kasus yang pernah saya alami juga, seringkali pelaku kesalahan justru yang memoncongkan bibirnya ke depan. Sewot mungkin bahasanya. Hal sepele seperti ini bisa kalian temui di jalan Kebon Sirih dari dan menuju Gondangdia, kawasan tersebut menjadi obyek operasi tukang ojek yang tak beraturan.

Kelima
Main HP  dan merokok di saat yang bersamaan, ketika sedang mengendarai motor. Kalian pernah lihat nggak? Saya sih sering. HP di tangan kirinya, rokok di tangan kanannya sambil pegang kendali setir. Coba bayangkan itu tangan pengendara motor ada berapa? Bola mata otomatis cuma dua donk yaa. Tapi kan kita nggak bisa nyuruh bola mata kiri liatin HP, bola mata kanan liat jalan bukan? Nah, kalo udah naik motor sambil main HP selain doi bisa nyeruduk pengendara di depannya, yang kena getah serudukan otomatis dirugikan juga donk yaa. Pengendara motor yang biasa main HP ketika sedang pegang kemudi ini biasanya mereka punya dua nyawa. 

Keenam
Jakarta tidak hanya terkenal dengan kota macet, tapi kota banjir juga. Mengemudi kendaraan bermotor dengan genangan tinggi merupakan tantangan tersendiri. Pertaruhan antara menerjang banjir dan bisa sampai di rumah dengan cepat tanpa harus mencari jalur bebas banjir atau berakhir dengan menuntun kendaraan motor kita karena mogok terendam air. Keadaan lalu lintas di Jakarta bisa ditentukan salah satunya dengan keadaan cuacanya. Kemacetan bisa terjadi dua kali lipat saat musim hujan.

Ketujuh
Apakah kalian pernah melihat orang membuang sampah dari dalam mobil? Saya beberapa kali melihat botol aqua kosong, tissue dan semacamnya dibuang dari dalam mobil mewah. Mewah dalam artian mobil baru. Di Jakarta mayoritas mobil memang dalam keadaan sangat baik meskipun tidak baru. Di Sekolah Dasar pun pelajaran membuang sampah pada tempatnya telah diajarkan oleh guru. Lalu bagaimana mungkin para pengendara mobil yang membuang sampah sembarangan tersebut tidak mengalami sekolah dasar? Meskipun bisa jadi si sopir pemilik mobil yang melakukannya, hendaknya pemilik mobil juga memberikan pelajaran etika berkendara kepada sopirnya. Bagaimanapun sopir adalah cerminan dari si pemilik mobil bukan?

Kedelapan
Begal coyyy. Gue hampir melupakan satu hal momok yang menakutkan bagi pengendara lalu lintas di daerah Jakarta dan sekitarnya. Nggak cuma buat sepeda motor namun begal telah melakukan ekspansi sasaran ke pengendara mobil juga. Sang begal tidak segan-segan untuk menyakiti bahkan membunuh korbannya. Jadi, hindari mengendarai kendaraan sendiri dan jangan keluar pada malam hari di jalan-jalan yang sepi.

Mengendarai kendaraan di Jakarta itu semacam dituntut untuk memiliki six sense. Kadang mengemudi tidak harus pakai keahlian melainkan naluri saja. Ini sebenarnya teori yang salah, cuma saya kesulitan untuk membahasakannya dalam tulisan. Jika teman-teman memiliki kejadian unik lainnya tentang lalu lintas di Jakarta yang kece badai ini, bisa saling berbagi informasi. Lebih banyak halangan, rintangan, tantangan, dan lain-lain yang kita ketahui di jalanan Jakarta, maka akan mudah untuk menjadikan kita lebih waspada saat berkendara.

Sumber: Majalah Tempo
   
     
   

Comments

Popular Posts