Wanita Karir atau Ibu Rumah Tangga?


Aku bekerja di sebuah kantor Provinsi di Ibu Kota, di bawah asuhan langsung wakil Gubernur, dan saat ini beliau naik menjadi Gubernur. Meski tak banyak urusan secara langsung dengan beliau, well at least berususan dengan tangan kanannya adalah hal yang setiap hari ku lakukan. Bertemu dengan pejabat pemerintahan secara langsung menjadi nilai plus bekerja di sini. Bukan pegawai negeri sipil, hanya staf profesional/ahli. Di tahun ketiga aku bekerja, kantorku memberhentikan kontrak kerja sebagian besar pegawainya. Dari sekitar 125 orang hanya 30an pegawai yang dipertahankan. Dan akulah salah satu pegawai yang bertahan. It’s worth isn’t it?

Kabar baik kedua ternyata aku hamil. Kehamilanku yang kedua ini sayangnya anakku sangat manja dengan ibunya. Dia memberikan sinyal-sinyal mual yang hebat setiap hari, entah pagi siang pun malam. Keadaan ini mengharuskan aku untuk terbaring bak putri tidur setiap harinya. Aku meminta rukhsoh untuk libur satu bulan di Januari dengan pertimbangan aku bakal ngekos deket kantor di bulan Februari mendatang. Saat Januari tidak bisa ku lakukan karena keluarga dari Jawa sedang di Citayam untuk menyelesaikan pembangunan halaman rumahku. Karena aku punya Kasubag (bos) yang kece badai, well beliaupun mengizinkan aku untuk mengambil libur 1 bulan penuh. Gak kebayang sih ada peraturan begini. I’m very blessed to have Him, kang Syali Gestanon. 

Setelah menjalani peran baru sebagai putri tidur selama 3 minggu, ternyata beban juga meninggalkan pekerjaan kantor. Di samping fisik semakin tak bertenaga, akhirnya timbul pertimbangan aku memilih bayiku. Dan ku putuskan untuk resign kerja setelah dapat benefit libur 1 bulan dan menjadi orang pilihan dari sekian pegawai lain yang diputus kontrak kerjanya. So sad actually. Keputusan ini sangat tidak mudah untuk aku ambil, di samping aku sangat mencintai pekerjaan baruku nanti. Bidang Monitoring dan Evaluasi nampak menantang, tentunya dengan gaji lebih tinggi. Atmosfer baru, teman baru adalah hal yang sangat ku dambakan selama bekerja. Namun harus pupus karena ada prioritas yang lebih berharga. Anak! 

Tapi bagi aku pekerjaan apapun itu berharga. Selama kita happy menjalaninnya itu cukup, mau kerja di mana saja. Pun dengan bekerja di rumah mengurus anak, menjahit, membaca buku, menulis blog, listening to the music dan sambil nyemil, udah itu surga buat aku. Ya walaupun tentunya pendapatan berkurang, dan saat ini cuma mengandalkan income suami. Masih ada juga tambahan dari hoby bisnis online aku tetap berjalan hingga saat ini. Dengan keputusan ini suami bahagianya bukan kepalang. Dari dulu emang dia nggak pernah setuju kalo istrinya bekerja. Istri yang bekerja di rumah dia yakini akan menderaskan rizki suami, ujarnya. Prinsip keluarga kami yang dianutnya WORKSHOP. Biar suami yang work, istri yang shop. Tarik napas dalam, dan saya iyakan sambil menatapnya dengan bangga. Namun sisi lain akibat tuntutan di jaman yang serba sulit seperti sekarang ini orang rela bekerja di bidang apa saja meski bukan passionnya. Wal hasil kerja nggak maksimal hanya untuk diupah tiap bulannya. Well I’m not an expert dalam bidang mengomentari pekerjaan sebenernya. Cuma kadang pikiran aku yang melebihi ekspektasi dunia di luar diriku. Tapi aku punya prinsip nih DREAM BIG   -    SET GOALS    -    TAKE ACTIONS!!!

Jadi kalo ada di antara para bunda yang saat ini sedang galau untuk memilih bekerja atau menjadi ibu rumah tangga, sepertinya aku telah melewati fase itu. Fase yang pasti selalu dilewati banyak wanita. Tapi pada akhirnya jiwa seorang ibu akan kembali ke naluri ilmiahnya sebagai seorang wanita, lebih mementingkan anak dan keluarga. Pun kondisi ku saat ini memungkinkan untuk bekerja di kantor, nggak salah juga aku menjalani keduanya. Namun saat ini posisiku jatuh pada pilihan aku harus memilih. Nah kalo anaknya udah lahir gimana? Kalo titip pembantu udah pasti nggak lah ya. Kita lulusan sarjana masak tega nitipin anak ke orang yang bukan siapa-siapa kita, yang bahkan mungkin SD saja tidak lulus. Kalo dititipin neneknya, ah masa tega. Ibu kita udah ngerawat kita dari kecil, masak masih dititipin cucu. Atau bisa juga dititipin nenek sambil disediain pembantu kali ya. Opsi kedua anak ditaruh di daycare. Untuk daycare sendiri pengasuhnya pasti sudah berpengalaman mengurus anak. Minimal mereka sudah ditraining untuk treatment anak kecil. Ada guarantee yang bikin ortu tenang. Opsi terakhir, anak kita rawat sendiri. Kelak saat anak kita nakal dan mungkin tidak menjadi sesuai yang kita inginkan, kita tidak mencari kambing hitam siapa yang harus disalahkan. Gimana menurut bunda?

Last but not least, being a mother is such a miracle for a woman. We born a baby that someday he could be a leader, astronaut, teacher, and any other profession. Mother is the first school for their son/daughter. Then, don’t forget to study hard about everything. Cause your son has right to be born from educated/smart/clever woman. 


Comments

Popular Posts