Kebanggaan yang (tak) Pudar Oleh Waktu

Indonesia Nan Jaya
Tanah Subur Gemah Ripah Loh Jinawi
Jajaran Pulau Nan Indah Bagai Rangkaian Mutiara
Tertata Rapi Elok Menawan Hati
Nyanyian Rayuan Pulau Kelapa
Terbentang Nyata Bukti Kuasa-Nya
Ada Anak Bangsa Seorang penggembala
Menuntun Tekun Gembalaan Dengan Suka Cita
Ia Tak Pernah Mengeluh Dengan Pekerjaan Yang Setiap Hari Diemban
Dalam Hati, Ia Memuji Alangkah Kaya Negara Yang Telah Melahirkannya
Dengan Pepohonan Yang Rindang Dan Rumput Yang Lebat Telah Memberi Kesempatan Pada Gembalaannya Untuk Hidup Lebih Lama
Jauh di Sudut Kota, Seorang Anak Bertengger di Teras Perumahan Kumuh Yang Berjajar Tak Rapi
Seakan Ia Bertahta Atas Sungai-Sungai Yang Penuh Sesak Dengan Sampah
Ia Bergumam dan Tersenyum Simpul Melihat Keadaan di Sekitarnya
Puji Syukur Ia Lontarkan Atas Kemegahan Rumah Panggung di Atas Sungai Kumuh Yang Ia miliki
Andai Ia Tak Dikaruniai Rumah itu, Ia Akan Terlantar Di Jalanan dan Hanya Bisa Beteduh di Pinggir Pertokoan
Seorang Bocah Kecil Bertitle Gelandangan Berjalan Mengitari Jalan Raya Yang Penuh Sesak Dengan Kendaraan
Sesaat Ia Berdiri dan Bernyanyi di Samping Mobil Yang Sedang Berhenti
Menengadahkan Tangan Kanan Sembari Berucap Tak Jelas
Jurus Wajah Paling Memelas Ia Keluarkan, Namun Tak Satupun Pengendara Mobil Yang Memanjangkan Tangan Mereka
Di Tengah Terik Matahari Dipegangnya Perut Yang Dari Semalam Tak Diisi
Terlihat Dari Wajahnya Yang Kusam, Rasa Lapar Yang Sangat
Ia Sudah Terbiasa Dengan Itu
Segera Ia mencari Warung Makan Dan Menawarkan Jasa Dengan Imbalan Mendapat Makanan SISA
Kunyahan Terakhir Telah Berhasil Ditelannya
Untaian Doa lirih Yang ia baca sudah cukup menjelaskan rasa syukur atas nasi yang telah dimakannya


Comments

Popular Posts