Ekspedisi Ceremai

Akhir tahun menjelang awal tahun baru merupakan hari yang sangat membahagiakan dan ditunggu oleh kebanyakan pegawai dan karyawan kantoran. Di akhir tahun hingga awal tahun baru selalu tersedia porsi tanggal merah yang lebih banyak. Inilah saat di mana banyak orang meninggalkan Jakarta dan liburan ke tempat-tempat indah di Indonesia. Awal tahun ini aku, suami dan RAIFA Indonesia juga menyempatkan waktu untuk berlibur bersama. Tujuan kita kali ini adalah sebuah gunung di Majalengka, Jawa Barat. Sebagai catatan untuk perencanaan liburan di akhir/awal tahun adalah: pastikan kita merencanakan tujuan liburan kita dari jauh hari. Hunter tiket akan lebih gesit saat akhir/awal tahun tiba. Jadi jangan sampai rencana liburan kita gagal karena tidak mendapatkan tiket kereta ataupun pesawat terbang.

Ekspedisi ini berisi 11 personil dengan 10 pria dan 1 wanita. Aku cewek sendiri di tim ini. Tentu saja itu adalah satu poin yang menguntungkan. Dalam pendakian gunung yang terdahulu, beban harus dibagi sama rata oleh semua anggota kelompok pendaki. Namun kali ini hanya dengan carrier 18liter aku memulai pendakian gunung Ciremai dan hal itu sama seperti tidak membawa beban. Yang lebih menguntungkan lagi pendakian kali ini terbagi dalam dua tim yaitu tim Raifa dari Jakarta dan Majalengka. Kawan-kawan Ka Adi dari Majalengka bertugas sekaligus menjadi penunjuk jalan dan instruktur pendakian. Which is seluruh keperluan logistik termasuk sleeping bag dan tenda juga barang lain yang kami butuhkan di atas gunung sudah dipersiapkan oleh kawan-kawan dari Majalengka. Belum pernah ada pendakian Gunung se-istimewa ini.

Terakhir kali aku melakukan pendakian adalah Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat bersama temen-temn outbond Kibar. Pendakian yang kami lakukan selama 4 hari 3 malam tersebut dilakukan dalam cuaca yang tidak mendukung. Sejak kami datang di pos pertama, hujan sudah menyambut kami. Hal ini berlangsung hingga pos terakhir di hari ke-empat. Bukan hujan biasa, hujan yang cukup deras dengan beban barang perlengkapan kelompok dan logistik untuk perjalanan selama empat hari. Jalan gunung yang curam ditambah licin mau nggak mau buat aku taubat untuk tidak lagi melakukan pendakian. Dalam hati selalu membayangkan liburan yang indah di pantai dan villa di puncak. Pokoknya teguh dalam hati berniat gak bakal lagi nyobain mendaki gunung. Pengalaman terakhir di Pangrango ini benar-benar berat. Secara bahasa pokoknya bikin kapok.

Waduk Lapangan Sindangpano
Dan keinginan nggak bakal mendaki gunung itu ternyata sebatas utopia. Rencana pendakian saja sudah sangat menyenangkan untuk dibayangkan, apalagi untuk menjalaninya. Sayang pemilihan waktu trip Ciremai kali ini juga kurang tepat. Dari awal perjalanan hujan sudah menyambut kami. Sehingga berkemah di dalam tenda bukanlah ide yang bagus. Untungnya setelah melalui tiga jam perjalanan kaki, di tengah hutan yang antah berantah kami menemukan beberapa rumah penduduk yang bekerja sebagai tukang kebun di daerah tersebut. Malam pertama kami putuskan untuk menginap di dalam rumah penduduk tersebut. Pemilik rumah memiliki rumah kosong yang sering disewakan untuk pendaki yang sedang melakukan perjalanan pendakian. Semacam sebuah villa kosong yang sangat sederhana. Puncak gunung Ceremai sendiri dapat dicapai melalui empat jalur pendakian. Jalur tersebut dapat diakses melalui Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kabupaten Kuningan. Desa Padangbeunghar di perbatasan Kuningan dan Majalengka dan Desa Apuy di kabupaten majalengka. Kelompok kami sendiri melalui jalur pendakian yang hanya diketahui penduduk setempat. Aku lupa namanya.

Di hari kedua kami menaiki sebuah bukit yang bukan jalan umum. Sehingga buka lahan dadakan adalah satu hal yang harus kami lakukan. Tak sia-sia karena lelah diupah dengan pemandangan yang sangat indah. Pemandangan kebun, jalan setapak, gunung-gunung di sekitar kami menjuntai dengan rapi. "Jika surga Tuhan di bumi bisa seindah ini, tidakkah kita membayangkan surga Tuhan nanti". Kegiatan pendakian selalu menjadi hal yang menyenangkan. Dengannya Kuasa Tuhan terlihat sangat nyata. Desis tasbih ingin selalu dikumandangkan untuk memuji dan mengagungkan nama-Nya. 

Dua tenda sudah resmi berdiri. Saat sore menjelang, hujan tetap saja datang tanpa diundang. Padahal kayu kering untuk api unggun telah bertumpuk kami siapkan. Fix dan bermalam di tenda kali ini hanya bayangan. Malam kedua tidur di rumah penduduk adalah pilihan. Ekspedisi Ciremai kali ini ditutup dengan kunjungan ke kebun mawar. Kembali berdesis tasbih tak henti menikmati bunga-bunga yang sedang mekar dengan indah. Di Majalengka ini bunga mawar satu kodi dapat dijual dengan harga Rp40.000. Cukup ekonomis bagi yang ingin mengadakan acara hajatan dan semacamnya. Sayangnya perjalanan ke kebun mawar bukanlah perjalanan yang mulus. Aku dan suam dihadang oleh anjing penjaga kebun yang langsung menggonggong dan menghampiri kami. Tidak ada yang lebih mendebarkan selain masuk stasiun kereta tanpa identitas asli dan dikepung oleh tiga anjing penjaga kebun mawar. Ini pertama kalinya aku dan suam lupa bawa KTP saat hendak berkendara kereta. Hal tersebut terjadi karena setiap pendakian gunung, membawa dompet adalah satu hal yang aku hindari. Dan anjing itu, benar-benar membuat aku dan suam kaku berdiri di tempat. Setelah lebih dari lima menit kami pun putar balik dan pergi.

Anyway perjalan ekspedisi Ciremai kali ini sangat menghibur meski menjadi pengalaman pendakian pertama yang paling aneh yaitu bermalam di rumah penduduk (bukan di tenda) dan hanya di kaki gunung bukan di puncaknya. Pendakian yang istimewa karena pendakian pertama yang aku lakukan dengan suam, lengkap dengan rombongan teman-temannya. Memiliki suami yang memiliki kapabilitas ala pramuka itu sangat menguntungkan dan menyenangkan lho. Pendamping yang siap mengantar kita ke puncak. Melihat keindahan dengan banyak skill rescue saat di lapangan. Anak Pramuka, yang pasti dia punya skill dasar Dasa Dharma. Dan tak ada yang lebih indah kecuali kita merasa nyaman dan aman hidup bersama pendamping kita. Well.. another journey is waiting.



Comments

Anonymous said…
Wah...

Seru juga perjalanan kamu, walau enggak berjalanan mulu karena hujan enggak apa. Yang penting sama suami :)

Milli
Hihiii that's the point. Bukan perjalanannya, tapi ama siapanya. Makasii Ka Milli uda mampir :)

Popular Posts