Cita-Cita (katanya)...

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Ir. Soekarno besar jasanya maka harumlah namanya. Terkenang sampai akhir masa karena beliau adalah salah satu bukti sejarah lahirnya Indonesia. Albert Einstein terkenang seluruh dunia karena teori relativitasnya, bahwa segala sesuatu adalah tidak pasti, sedang yang pasti adalah ketidakpastian.

Sebagai orang yang ternama dan dikenang karena jasa, merekapun pernah mengalami masa lalu yang sulit, terjal, dan segala tingkah jungkir balik lain untuk mendapat gelar sepantasnya yang mereka sandang. Dari berbagai macam kegagalan yang berhasil mereka sulap menjadi sebuah kesuksesan. Itu semua karena keinginan yang kuat untuk maju dan sukses hingga berhasil mendapat apa yang mereka inginkan.

Perjuangan dan jihad, semua itu tak lepas dari makna pengabdian dalam hidup. Satu tahun pengabdian di pondok pesantren Al-Iman ini bisa aku jadikan acuan untuk pengabdian diri di masyarakat nantinya. Mengampu sebagai seorang wali kelas, berarti dia mempunyai amanah yang lebih besar dibanding guru madah (mata pelajaran biasa) lainnya. Wali kelas berkewajiban untuk membimbing dan menemani anak didik dalam keseharian mereka. Untuk seorang anak sesusiaku, kewajiban sebagai wali kelas ku rasa sangat berat dan tak mudah dijalankan. Di mana aku harus mengekang rasa ingin bermain di masa remaja dan menumbuhkan sikap dewasa di hadapan murid-muridnya sebagai seorang guru yang siap digugu dan ditiru. Syukurlah satu tahun pengabdian berjalan lancar, sebagai wali kelas dan guru bahasa Arab-Inggris.

Kini saatnya aku melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi yaitu universitas. Universitas yang unggul untuk mendukung penulis menuju arah kemajuan dan yang menghantarkanku untuk menggapai cita-cita ku yaitu menjadi seorang pendidik. Jika Engkau izinkan wahai Tuhanku, ketika lulus dari universitas nanti aku ingin menjadi seorang dosen. Aku akan mengajar anak-anak bangsa yang siap membuka lapangan kerja baru ataupun anak-anak lainnya yang siap mengabdikan diri mereka kepada masyarakat dan bangsa pada nantinya.

Aku tak berharap banyak untuk menciptakan kader-kader petinggi negara maupun para calon legislatif. Jika salah mendidik mereka, akan menciptakan para pemimpin-peminpin angkuh yang berlomba-lomba membesarkan kelompok dan perutnya saja. Jika aku telah menjadi dosen nanti, besar harapan untuk menanamkan jiwa pengabdian dan pengorbanan kepada para mahasiswa. Melihat keadaan negara kita yang sudah semakin rapuh, hanya pemimpin-pemimpin jujur, adil, bijaksana, dan mereka yang soleh kuat imannya kepada Tuhan Yang Esa yang saat ini kita butuhkan bagi negara.

Aku ingin menciptakan para tenaga ahli pendidik yang tidak hanya berprofesi sebagai pengajar yang berangkat pagi pulang siang untuk mendapat gaji bulanan. Bayangkan jika terdapat di negara kita para guru yang benar-benar suci hatinya, tulus niatnya, ikhlas dalam mencerdaskan anak bangsa, niscaya terlahir pula kaderisasi pemimpin-pemimpin yang bisa diharapkan untuk membawa kemajuan. Kaderisasi pemimpin yang memiliki IQ, SQ, dan EQ yang seimbang. Sebagai seorang rektor universitas nanti aku akan selalu berusaha mengompori, mensupport, dan mendukung para dosen untuk mengembangkan dan meningkatkan SDM pribadi mereka agar selalu mengikuti perkembangan iptek juga untuk terus meningkatkan imtaq.

Terbersit dalam naluri keibuan, di sela aktifitas universitas yang padat, aku juga ingin mempunyai sebuah lembaga playgroup. Sebuah batang jika masih muda akan mudah untuk diluruskan. Begitupula dengan psikis anak, jika mereka telah didik dari kecilnya hingga dewasa dengan pendidikan karakter positif, diharapkan kelak jika dewasa ikut terus menanam kebaikan di sekitarnya.

Begitu pentingnya arti pendidikan karakter bagiku. Jika bukan kita para anak bangsa. Siapakah yang akan meneruskan perjuangan para pahlawan yang hingga titik darah terakhirnya mengorbankan jiwa raga untuk tanah air kita Indonesia. Sukses pribadi adalah faktor dari suksesnya suatu bangsa. Pelajar hari ini adalah pemimpin hari esok. Siapakah yang tega membiarkan bangsnaya menjadi bangsa terbelakang. Siapa yang tega membiarkan kelaparan di mana-mana, para anak jalanan terlantar tak karuan serta kehilangan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan. Kitalah yang akan memajukan bangsa ini, kita yang akan mengentaskan mereka dari kemiskinan dan kita yang akan memperjuangkan hak mereka untuk mengetam pendidikan.


Aku ada karena Ia Yang Maha Kuasa menginkan aku berada, untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin tentunya. Aku mempunyai cita-cita dan semoga Allah Azza wa Jalla meridloinya.     

*Tulisan ini dibuat sebagai persyaratan Paramadina Fellowship 2009

Comments

Popular Posts