Love and Forgiveness*




Perdamaian itu layaknya rembulan yang dinanti oleh sang pecinta malam, begitu pula terbitnya mentari yang selalu dinanti oleh para penyongsong masa depan. Ketika damai datang, hati terasa lapang dan tentram. Ketika damai datang, hanya cinta yang memenuhi jiwa tanpa ada lawannya yaitu kebenciaan yang merugikan. Begitu pulalah perdamaian yang pasti diinginkan oleh semua orang, semua makhluk pun hewan, juga seluruh ciptaan Tuhan. Di mana semua orang hidup tentram tanpa meyoalkan perbedaan.

Bagi penulis yang notabene dibesarkan di lingkungan pondok pesantren di mana lingkungan dan penghuninya terdiri dari kalangan satu agama tentunya bukan hal yang biasa ketika terjun di lingkungan Universitas yang mana penghuninya berasal dari berbagai agama. Bukan sesuatu yang luar biasa dan wahh ketika penulis harus berjumpa dengan mereka yang bukan dari kalangan seagama. Namun adanya perilaku yang muncul tanpa mengenal adanya cinta antar sesama makhluk ciptaan-Nya sangat mengganggu penulis untuk memikirkan apa sebab dari perkara tersebut. “Apakah gerangan yang sedang terjadi dengan toleransi di Indonesia?”. Yang disayangkan lagi adalah justru fenomena yang terjadi di sekeliling kita di mana satu oknum menjustifikasi oknum lainnya dengan anggapan bahwa diri mereka paling benar tentu saja tidak dapat dibenarkan. Penulis pikir narsisme yang semisal ini harus dihapuskan karena seperti yang kita ketahui hal tersebut sangat merugikan bagi tidak sedikit kalangan.    
Kebanyakan agama-agama dunia memasukkan ajaran tentang sifat  cinta dan pengampunan. Begitu pula seperti yang penulis yakini bahwa tidak ada ajaran yang mengajarkan keburukan tentunya. Banyak dari ajaran-ajaran agama tersebut memberikan landasan asas untuk berbagai tradisi modern dan amalan-amalan untuk dipraktekkan dalam keseharian. Setengah doktrin agama atau falsafah dari sebuah ajaran lebih menekankan pada keperluan manusia untuk mencari semacam cinta dan pengampunan Ilahi untuk kekurangan mereka sendiri, yang lain pula lebih menekankan keperluan manusia untuk memberi kemaafan antara satu sama lain. Kesimpulan sementara yang dapat digarisbawahi penulis adalah ketika ada seseorang yang mengaku sebagai penganut agama tertentu namun justru menebar benih kebencian terhadap kaum lain maka barangkali dia belum beragama secara kaffah atau bisa pula yang terjadi adalah kesalahan dalam memahami agama yang dipelajarinya.
Cinta adalah perasaan jiwa, getaran hati, dan pancaran naluri dari pemiliknya. Keadaan terpautnya hati orang yang mencintai terhadap orang yang dicintainya, dengan semangat yang menggelora dan wajah yang selalu ceria, ituah keadaan orang jatuh cinta. Cinta dalam pengertian seperti ini adalah merupakan perasaan mendasar dalam diri manusia yang tidak dapat terlepas. Dalam banyak hal, cinta adalah dorongan untuk mengontrol keinginan ke arah yang lebih baik dan positif. Hal ini dapat terjadi jika seseorang yang mencintai menjadikan cintanya sebagai sarana untuk meraih hasil yang baik dan mulia guna meraih kehidupan, sebagaimana kehidupan orang-orang pilihan dan suci dan orang-orang yang bertaqwa yang selalu berbuat baik. Yaa cinta sejati adalah cinta kepada Illahi. Ketika kita berharap cinta kepada seseorang, seringkali yang terjadi adalah bahagia sementara atau justru kecewa. Namun sering tidak kita sadari bahwa harapan dan cinta kepada pencipta justru lebih mendatangkan kebahagiaan yang kekal dan abadi. 
Bagaimana Islam menggambarkan dan mengajarkan kepada manusia tentang cinta sudahlah sangat jelas dapat difahami, namun terkadang manusia banyak yang terjerumus oleh cintanya, karena apa yang di pahaminya tentang cinta itu tidak sesuai dengan apa yang di ajarkan dalam Islam. Membantu seseorang tanpa memandang siapa dan dari golongan mana orang yang dia bantu adalah sudah merupakan cinta tulus emanasi yang berasal dari cinta Tuhan.
Secara langsung dalam Islam sendiri juga mengajarkan keMaha-pengampunan Tuhan. Hal tersebut salah satunya tertera dalam nama-nama Asmaul Husna yaitu Al-Ghafir yang berarti adalah yang 'Maha Pengampun'. Pengampunan itu sendiri memerlukan taubat pada mereka yang diampunkan. Tergantung pada jenis kesalahan yang dilakukan, proses pengampunan dalam Islam pun terdapat beberapa langkah yang harus dilalui seperti :
1.       Menyedari kesalahan sendiri yang telah dilakukan.
2.       Berkomitmen untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut.
3.       Meminta ampun kepada Allah dengan keseriusan.
Dalam ajaran Islam, ketika seseorang memiliki kesalahan terhadap saudaranya maka Ia wajib memohon maaf kepada saudaranya tersebut. Ketika sang saudara itu tidak memberikan pengampunan maka telah lunturlah hak si pemohon. Begitu pula islam melarang adanya pertengkaran antar saudara yang melebihi waktu dari tiga hari. Jadi, ada keharusan bagi seorang muslim yang berselisih dengan muslim lainnya untuk berdamai dan tidak berselisih lebih dari tiga hari. Begitu ketatnya ajaran Islam dalam mengatur hubungan sosial antar muslim. Sebagaimana agama yang dibawa oleh Muhammad ini tidak saja mengatur hubungan antara makhluk dengan Tuhannya melainkan juga hubungan antara makhluk dengan sesamanya (Hablun min Allah dan Hablun in Annas). Islam bukan saja sebuah agama yang menyeru untuk menyembah Tuhan, beriman kepada kitab dan malaikat melainkan Islam juga sebuah bentuk komplit ajaran berkehidupan sosial.
Sebagai agama Rahmatan lil Alamin tentu saja Islam tidak pernah mengajarkan untuk membeda-bedakan agama tertentu, mereka berhak mendapat penghormatan dan wajib menghormati pemeluk agama lain begitu pula sebaliknya . Hal ini adalah aplikasi dari cinta Illahi dan ajaran pengampunan yang diajarkan Islam. Memaafkan dan menyalurkan cinta kita terhadap makhuk ciptaan Tuhan yang lain adalah sebuah lambang penghargaan terhadap sesama manusia yang sama derajadnya di hadapan Tuhan. Semoga cinta Tuhan meliputi seluruh makhlukNya. Wallahu A’lam Bi As-Showab     

*Makalah disajikan untuk National Buddhist-Muslim Youth Camp 2012 di Kaliurang Yogyakarta pada 7-14 Mei 2012

Comments

Popular Posts